Clock



I made this widget at MyFlashFetish.com.

v

Minggu, 28 Agustus 2011

About My Life (Chapter 1)


Author : Sari Rosiati Nur K ( Han Soo Mun )
Tittle : About My Life
Genre : Life, Romance, Family, Friendship
Cast :
  • Kim Young Rin (Coet Vela Nangroe)
  • Kim Yoora (Me/Imagine this is you)
  • Lee Chan Hee a.k.a Chunji Teen Top
  • Lee Byung Hun a.k.a L.Joe Teen Top
  • Another will out later

Disclaimer : I don’t have the 2nd and 3rd cast, just the 1st  , allowed with management agreement. Story telling about the imagination and the creativasion of a fan. You can just get the moral value of this story, get the best thing and ignore the bad thing. Complainment just send message to the writer or write under the story.


Kim Young Rin Side’s

Embun menetes ke tanah, dinginpun tak terelakkan. Pagi ini tak seperti biasanya. Udara dingin, masih gelap, sunyi, aku sendiri. Eomma, appa … aku rindu kalian. Aku ingin memeluk dan mengucapkan selamat pagi seperti biasanya. Aku rindu masa-masa kita sekeluarga bersama … Aku bergerak malas ke dapur untuk mengambil segelas air putih, sekedar melancarkan tenggorokanku yang mulai tercekat karena tak henti menahan tangis. Kulihat pintu kamar dongsaengku, Yoora terbuka. “ Eo … Eomma … Appa … Arrghh!! “ pekiknya. Seperti biasa. Dia mencoba menahan amarah atau sejenisnya hingga membuat psikisnya sedikit terganggu. Menjambaki rambut sambil berteriak seperti orang tak rela diambil nyawanya sekalipun oleh malaikat. Segera aku memasuki kamarnya dengan langkah gontai. “ Tenanglah Yoora-a, tenang, “ kataku. Dia hanya menggelengkan kepala. Entah apa maksudnya. “ Eomma, appa … kalian jahat! Jahat! “ Dia mulai meronta lagi, aku hanya bisa memeluknya erat seraya menahan tangis yang menggenang di pelupuk mata. “ Mereka jahat unni-a! mereka jahat! Kenapa mereka tega meninggalkan kita seperti ini…aku sedih, aku … aku … rindu kalian, “ Aku menepuk-nepuk punggungnya pelan. “ sabar Yoora-a, aku yakin tuhan pasti memberikan tempat terbaik disisinya bagi eomma dan appa … pasti mereka tidak akan tega meninggalkan kita, ini sudah takdir Yoora-a “ Tangis tak terbendung lagi. Kami menangis dan memeluk satu sama lain. Berusaha saling menegarkan, saling mengisi kesedihan. Kami hanya dua angsa kecil yang kedinginan di tengah gelapnya malam.


Flash Back

“ Eomma, appa .. hari ini kita jadi ke Busan kan? “ Yoora bertanya penuh semangat. Kedua orangtua mereka hanya tersenyum. “ Ye, tapi hari ini appa ada meeting sebentar … jadi mungkin sore kita berangkat ke sana. “ Jawab appa. Yoora tersenyum puas mendengar jawaban dari appanya. Apapun asalkan ia bersama keluarganya jadi berangkat ke Busan. Ke rumah neneknya, dan teman-teman didesanya. “ Mianhae appa, eomma … aku tidak bisa ikut. Aku ada ujian skripsi besok. Jadi malam ini harus belajar … “ Young Rin menghela napas. “ Ye, gwaenchana Young Rin-a. Yang terpenting kan sekolahmu. Jadi fokuslah pada tujuanmu … “

“ Ya, gomawo eomma … “ tubuh mungil Young Rin memeluk sang ibu dengan hangatnya. Yoora tersenyum dan ganti memeluk appanya. “ Hei, kenapa tiba-tiba memeluk appa, Yoora-a? “

“ Tidak tahu appa, aku hanya ingin memeluk appa. Rasanya hangat, “ ucap Yoora seraya tersenyum manis di pelukan appanya. Appa tersenyum. Eomma dan Young Rin pun ikut tersenyum.

***

“ I .. ini tidak … tidak mungkin … tidak … tidak mungkin … TIDAK MUNGKIN!! “ Young Rin membanting handphone yang ada digenggamannya dan terduduk lemas. Tak kuat mendengar kabar buruk itu. Dipikirannya saat ini adalah mengembalikan saat-saat berharga bersama mereka. Kata-kata terakhir yang belum sempat ia ucapkan. Pesan singkat yang membuat hati dan seluruh tubuhnya bergetar. Dari ujung kaki hingga unjung kepala, wajah kedua orangtuanyalah yang terbayang. Mobil yang eomma, appa dan dongsaengnya kendarai mengalami kecelakaan hebat dijalan. Mobil menabrak trotoar jalan yang rusak dan berlubang hingga setengah bagian rusak parah. Setelah itu truk tronton dengan pengemudi mabuk tak terkontrol, hingga ikut menabrak mobil keluarganya. Eomma dan appanya tewas ditempat. Sedangkan Kim Yoora, dongsaeng satu-satunya dalam keadaan kritis. Bagai disayat samurai hatinya saat ini, bergerak pun tak mampu. Tangis pun mengalir bagai air sungai di wajahnya. Tidak ada satupun orang yang sanggup bertahan kala mendengar orang-orang tersayangnya dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Termasuk Young Rin.

Dengan tergesa ia memasuki ruang mayat, ruang dimana kedua orang tuanya disimpan untuk sementara waktu hingga pihak keluarga menjemput untuk disemayamkan. Dengan tangis masih mengalir dengan lancar ia membuka kain putih penutup wajah, entah siapa. “ Eo … eomma … “

“ A … appa, “

Ia tertunduk lemas, tak kuat menahan semua takdir yang telah digariskan untuknya. Kini eomma dan appanya telah tenang di alam sana, hingga tinggal adiknya, Yoora-lah yang ia miliki. Yoora. Ah, ia ingat akan Yoora yang sedang berjuang merengang nyawa. Kritis. Mengingat kata itu ia bergegas menemui dokter yang menangani dongsaengnya itu. “ Dokter, bagaimana keadaan Yoora? Apa dia sudah melewati masa kritisnya? “ dokter terdiam. Lalu menghela napas panjang, “ Noona, kami minta maaf … untuk saat ini keadaan adik anda belum bisa kami atasi. Adik anada masih dalam penanganan kami. Tapi kami janji, kami akan melakukan yang terbaik bagi adik anda … jangan khawatir, “  dokter menepuk pundak Young Rin pelan. “ Yoora … “ rintih Young Rin pelan. “ Saya yakin setiap orang yang mengalami kejadian ini pasti akan merasa sedih sekali, tapi saya lebih yakin noona bisa tegar menghadapi ini semua, “

“ Dokter, “ Young Rin berkata pelan sambil menepuk dadanya, “ Apa aku akan sanggup menghadapi kenyataan ini seorang diri? Tidak, bukan … tapi berdua, dengan adikku. “ kata Young Rin lirih. Dokter hanya tersenyum tenang, “ Sabarlah, setiap hidup pasti akan mendapat cobaan entah apapun itu … tuhan pun tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatnya, selama anda masih bertawakal kepada-Nya saya yakin semua akan baik-baik saja, “ saran sang Dokter.

~ T,T ~

“ Bagaimana dokter? Adik sayabaik-baik saja kan? “

“ Syukurlah tidak ada kontraksi yang membahayakan, adik anda sudah melewati masa kritisnya … “

‘Bruk’

Young Rin berlutut, tak henti-hentinya mengucap syukur. Dongsaengnya, satu-satunya yang ia milikki telah mengalahkan sang maut yang hampir saja membuatnya game over. Tangis pun tak terbendung, dalam hati Young Rin berjanji. Berjanji akan selalu menjaga dan menyayangi adik satu-satunya, layaknya ibu dan anak.

“ Yoora-a, dongsaeng … bangunlah, “ ucap Young Rin lirih disamping adiknya yang terbaring lemah. Air matanya masih tak henti mengalir, walau tak sederas saat pertama kali ia melihat jasad kedua orang tuanya.

“ Dongsaeng … saat kau bangun nanti, betapapun hatimu runtuh mendengar kabar itu, eonni akan selalu disampingmu … “ Young Rin mengusap dahi Yoora pelan, lembut. “ Eonni berjanji, akan selalu menjagamu … merangkap sebagai appa dan eomma bagimu, sekaligus eonni yang selalu ada untukmu, “ Young Rin mencium kening Yoora lembut. Setelah itu mengusap air matanya dan berdoa.

Flashback End

Kim Young Rin Side’s

Seoul, 21 January 2010

Hari ini hari kelahiranku. Masih sama seperti 2 tahun terakhir, setelah appa dan eomma meninggal dunia. Hanya ucapan selamat dari dongsaeng tercintaku, Kim Yoora. Satu hal yang tidak aku sesali, Yoora selalu mengucapkan selamat ulang tahun dengan tulus. Sambil memelukku, dia berterimakasih karena selama ini aku selalu menjaga dan menyayanginya. Aku pun menjawab rasa terimakasihnya dengan mengucapkan kata-kata manis, “ Tentu saja aku akan selalu menjagamu, Kim Yoora. Kau adalah satu-satunya lampu yang menerangi setiap malamku. “ Setelah mendengar aku mengucapkan kata itu biasanya dia terharu dan berlanjut dengan curahan hatinya selama satu tahun ini tentangku. Tentu aku asik mendengarkan dan berusaha mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk yang Yoora katakan padaku. Hihi … sangat menyenangkan.

Hari ini tepat hari pertama Yoora masuk ke Seoul Senior High School, dengan senang hati aku mengantar hari pertama dongsaengku masuk ke sekolah barunya. Rupanya namjachingunya, Lee Chan Hee atau biasa dipanggil Chunji juga sekolah disana. Sekarang dia menginjak kelas 2.

“ Eonni, nanti aku pulang bersama dengan Chunji oppa. Eonni tidak usah jemput, arrachi? “ ucap Yoora. Aku mengangguk dan tersenyum. Sekarang, saatnya ke kampus. Hari ini ada kelas. Mulai dari jam 8 hingga 10, lalu ada lagi mulai jam 1 hingga 3 sore. Pasti hari ini akan melelahkan.

“ Young Rin-a!, “ teriak seseorang, yang sepertinya aku kenal. Aku menoleh, “ ooh, Niel. “ dalam hatiku. “ Waeyo Niel? “ tanyaku. Dia hanya tersenyum dan menggenggam tangan kananku, “ Saengil Chukka Hamnida uri eomma, “ rentetan gigi putihnya pun terlihat. “ Ha? Ah, gomawo … jeongmal gomawoyo, “ dalam hati aku senang sekali. Teman dekatku mengucapkan selamat ulang tahun, “ Kau ada waktu malam ini, eh tidak … sore ini? “

“ Sore ini aku ada kelas sampai jam 3, dan aku harus cepat pulang karena Yoora pasti kelaparan dirumah. Jadi, mungkin aku tidak bisa Niel, mianhae … “ tolakku halus. “ Ah, gwaenchana Young Rin-a! sehabis kelas selesai kau aku jemput ya! Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, “ Mwo? Sudah aku bilang aku tidak bisa Niel, “

“ Kau harus bisa, kau pasti bisa Young Rin-a! Yoora kan bisa cari makan diluar bersama Chunji. Pokoknya kau harus ikut denganku nanti sore, arra?, “

‘tuk’

Dia menyentil keningku pelan, kebiasaan buruk yang tidak aku sukai. Memangnya aku anak kecil?! Memang sih, dia sudah aku anggap sebagai oppa sendiri, tapi … ah, sudahlah … lupakan. Akupun segera menuju ke kelas dan mengikuti pelajaran dengan tenang.



To Be Continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar